Minggu, 19 Juni 2016

Kritik Pedas Untuk Dosen

                                                            Assalamualaikum Wr. Wb.
Ini adalah kritikan pedas saya kepada bapak Irva Herviana alias kangirva sebelumnya mohon maaf dengan kritikan ini, semoga kritikan ini sifatnya membangun bagi Bapak pribadi. dalam hal penyampaian materi mungkin Bapak cukup kompeten ya menurut saya. so,. dalam penyampaiannya sudah sangat rinci dan rasanya layak saya sebut master IT. Namun yang sangat disayangkan sepertinya penyampaian bapak terlalu cepat. sehingga kami kurang memahaminya dengan baik. Tapi bagi saya pribadi hal-hal seperti itu mungkin hal biasa maksudnya setiap perkulian pasti ada materinya masing-masing untuk disampaikan. Tapi, bukan itu kritikan saya, bagi saya mungkin pengalaman bapak segudang dalam hal menangani atau membimbing mahasiswa. Cuman yang saya dapatkan selama belajar hanya materi-materi dan materi. Tp bener juga sih emang itu tugas seorang mahasiswa ckckckck. Namun yang paling terpenting dalam masing-masing mahasiswa adalah perubahan. Maksudnya, kami menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (Bina Cipta Madanni) bukan main-main. Kami meluangkan waktu di sisa-sisa waktu istirahat kami hanya ingin masa depan kami nanti cerah. Kami tidak ingin menjadi kacung-kacung para pemimpin serakah di bumi pertiwi tercinta kita ini yang hanya memikirkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. sebenarnya kami lelah harus bisa mengatur-atur waktu setiap hari seperti ini, bapak mungkin bisa lihat sendiri, kami selalu berusaha untuk hadir walaupun ada beberapa yang tidak hadir karena beberapa faktor kerjaan atau semacamnya. namun ya itulah bentuk perjuangan kami untuk meraih yang namanya kesuksesan dalam hidup kami di dunia. maka dari itu tolong Pak bimbing kami dengan segenap jiwa dan raga Bapak.
maaf,.. malah jadi melebar kemana-mana hehe. Lanjut jadi maksud saya tolong pak di setiap materi yang Bapak sampaikan itu selipkan motivasi-motivasi atau cerita-cerita yang membangun bagi kami untuk membuka cakrawala atau imajinasi kami untuk menjadi orang yang mau maju. kalau mentelaah daari kata-kata Bapak mungkin kami ingin keluar dari zona aman ini untuk mencari zona yang lebih aman. Terutama konsep-konsep yamg membuat fikiran kami ini itu mau berfikir bahwa perubahan yang harus saya lakukan. Mungkin saya sendiri kurang paham metode seperti itu apa, namun pasti Bapak lebih tahu tentang hal itu. Tolong Pak kasih tahu caranya supaya kami keluar dari zona aman ini menuju zona nyaman (istilah saya).
Mungkin ini terlambat juga kali ya saya sampaikan, karena sebentar lagi mungkin Bapak sudah tidak bisa mengajari kami lagi di kampus tercinta. Tapi ya biarlah walaupun bapak tidak bisa mengaplikasikannya kepada kami mungkin kalau suatu saat Bapak mengajar lagi bisa di aplikasikan kepada mahasiswa yang lainnya.
mungkin itu pak kritikan saya kepada Bapak mohon maaf saya belum bisa menjadi mahasiswa yang Ta'dzim  dan Sam'an Wato'atan kepada Bapak. mohon maaf bila ada didalam kesan ini yang kurang sopan atau pun kurang baik yang membuat Bapak tersinggung dan juga mohon maaf bila ada kesalahan penulisan nama atau pun  mohon di maklum.
Terima kasih
                                                     Wassalamualaikum Wr. Wb. 



by: Arif Rahman si Anak Lumpur Mengejar Matahari

Minggu, 12 Juni 2016

NOAH

Noah Band


Senin, 30 Mei 2016

KITAB SAFINATUNNAJAH


Biografi Penulis
Tentang Fikih
Gambar Kitab Safinnatunnajah
Penulis kitab safinatunnajah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullahbin Saad bin Sumair Al hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i. Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara-­negara Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut, Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu ke­agamaan.
Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim me­mulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah peng­awasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair.

Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih hasil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang­-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman. Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair
Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan
Setelah mendalami berbagai ilmu agama, di hadapan para ulama dan para gurunya yang terkemuka, beliau memulai langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai Syekh Al Qur'an. Di desanya, pagi dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar para santrinya dan karena keikhlasan serta kesa­barannya, maka beliau berhasil mencetak para ulama ahli Al-Qur'an di zamannya. Beberapa tahun berikutnya para santri semakin bertambah banyak, mereka berdatangan dari luar kota dan daerah-daerah yang jauh sehingga beliau merasa perlu untuk menambah bidang-bidang ilmu yang hendak diajar­kannya seperti: ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
Habib Abdullah bin Toha Al-Haddar Al-Haddad.
Syekh Al Faqih Ali bin Umar Baghuzah.
Selain sebagai seorang pendidik yang hebat, Syekh Salim juga seorang pengamat politik Islam yang sangat disegani, beliau banyak memiliki gagasan dan sumbangan pemikiran yang menjembatani persatuan umat Islam dan membangkitkan mereka dari ketertinggalan. Di samping itu beliau juga banyak memberikan dorongan kepada umat Islam agar melawan para penjajah yang ingin merebut daerah-daerah Islam.
Pada suatu ketika Syekh Salim diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli per­alatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan. Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara­-cara dan unsur kedholiman yang merajalela di kalangan me­reka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat, kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.
Pada tahun-tahun berikutnya Syekh Salim diangkat men­jadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun­-tahun berikutnya ia tidak lagi menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina, kon­disi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan Yaman. Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan Kasiriyyah dan hijrah menuju India. Periode ini tidak jelas berapa lama beliau berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.
Sebagai seorang ulama terpandang yang segala tindakan­nya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya. Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlis-­majlis tersebut, sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu. Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus diha­dapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mende­kat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda. Martin van Bruinessen dalam tulisan­nya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati) juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.
Dalam beberapa alenia dia menceritakan per­bedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yahya sendiri pada waktu itu, sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang berusaha menjem­batani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.
Oleh karena itu, beliau mem­berikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Entah bagaimana penye­lesaian yang terjadi pada waktu itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti de­ngan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.
Walaupun Syekh Salim seorang yang sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).

Bagian 1
للشيخ العالم الفاضل : سالم بن سمير الحضرمي
على مذهب الإمام الشافعي
نفعنا الله بعلومه آمين
قال الله تعالى : لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجاً
Matan kitab Safinatunnajah (bahtera keselamatan), yang membahas masalah fikih dan ushuluddin. Oleh Syekh al Alim Al Fadhil Salim bin Sumair Hadromi.

Hari pertama - hari ke 5 Ramadlan 1433 H (21 - 25 Juli 2012)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ،واله وصحبه أجمعين ، ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

(Muqaddimah)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan atas segala perkara dunia dan akhirat. Shalawat serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi penutup para nabi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian. Tiada kekuatan sedikitpun untuk melakukan ibadah dan menghindar dari perbuatan maksiat kecuali hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.
فصل - أركان الإسلام خمسة : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمد رسول الله وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة ، و صوم رمضان ، وحج البيت من استطاع إليه سبيلا
فصل - أركان الإيمان ستة: أن تؤمن بالله ، وملائكته، وكتبه ، وباليوم الآخر ، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى
فصل - ومعنى لاإله إلاالله : لامعبود بحق في الوجود إلا الله

Bab I
AQIDAH
v  Fasal Satu / Aqidah
Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:
1.       Bersaksi bahwa sesungguhnya tiada ada tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan kecuali Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alayhi wa Sallam adalah utusanNya.
2.       Mendirikan sholat (lima waktu).
3.       Menunaikan zakat.
4.       Puasa Ramadhan.
5.       Ibadah haji ke baitullah bagi yang telah mampu melaksanakannya.
v  Fasal Dua / Aqidah
Rukun iman ada enam, yaitu:
1.       Beriman kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
2.       Beriman kepada sekalian Mala’ikat
3.       Beriman dengan segala kitab-kitab suci.
4.       Beriman dengan sekalian Rosul-rosul.
5.       Beriman dengan hari kiamat.
6.       Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
v  Fasal Tiga / Aqidah
Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh

فصل - علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع سنين

BAB II
THAHARAH (BERSUCI)
v  Fasal Satu / Thaharah
Tanda-tanda baligh (mencapai usia remaja) seseorang ada tiga, yaitu:
1.       Genap berumur lima belas tahun bagi seorang laki-laki dan perempuan.
2.       Bermimpi (junub) bagi laki-laki dan perempuan ketika melewati umur sembilan tahun.
3.       Keluar darah haidh sesudah berumur sembilan tahun (khusus bagi perempuan)
NB: Hitungan tahun yang dimaksud di sini adalah tahun hijriyah bukan tahun masehi
فصل - شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية: أن يكون بثلاثة أحجار، وأن ينقي المحل، وأن لا يجف النجس، ولا ينتقل، ولا يطرأ عليه آخر، ولا يجاوز صفحته وحشفته، ولا يصيبه ماء، وأن تكون الأحجار طاهرة
v  Fasal Dua / Thaharah
Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan, yaitu:
1.       Menggunakan tiga buah batu. (atau sebuah batu yang mempunyai tiga bagian/sisi)
2.       Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3.       Najis tersebut tidak kering.
4.       Najis tersebut tidak berpindah.
5.       Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain sekalipun tidak najis.
6.       Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7.       Najis tersebut tidak terkena air .
8.       Batu tersebut suci.
فصل - فروض الوضوء ستة: الأول:النية ، الثاني : غسل الوجه ، الثالث: غسل اليدين مع المرفقين ، الرابع : مسح شيء من الرأس ، الخامس : غسل الرجلين مع الكعبين ، السادس :الترتيب
v  Fasal Tiga / Thaharah
Rukun wudhu ada enam, yaitu:
1.       Niat.
2.       Membasuh muka
3.       Membasuh kedua tangan serta kedua siku.
4.       Menyapu sebagian kepala.
5.       Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki
6.       Tertib (berurutan)
فصل - النية : قصد الشيء مقترنا بفعله ، ومحلها القلب والتلفظ بها سنة ، ووقتها عند غسل أول جزء من الوجه ، والترتيب أن لا يقدم عضو على عضو
v  Fasal Empat / Taharah
Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) bersamaan dengan melakukan bentuk suatu perbuatan tersebuat. Niat tempatnya d idalam hati. Adapun mengucapkan lafadz niat tersebut hukumnya sunnah, dan waktu niat wudlu ketika pertama membasuh sebagian muka. Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak mendahulukan satu anggota terhadap anggota yang lain (sebagaimana yang telah tersebut)
فصل - الماء قليل وكثير : القليل مادون القلتين ، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير . والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغيرطعمه أو لونه أو ريحه
v  Fasal Lima / Taharah
Air dibagi menjadi dua macam, yaitu: air sedikit dan air yang banyak.
1.       Air sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah .
2.       Dan air yang banyak itu adalah yang sampai dua qullah atau lebih. (Ada yang berpendapat bahwa dua kulah adalah sama dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 60 cm x 60 cm x 60 cm)
Air sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak tidak akan menjadi najis kecuali jika air tersebut telah berubah warna, rasa atau baunya.
فصل - موجبات الغسل ستة: إيلاج الحشفة في الفرج ، وخروج المنى والحيض والنفاس والولادة والموت
v  Fasal Enam / Taharah
Hal yang mewajibkan mandi ada enam, yaitu:
1.       Memasukkan kemaluan (kepala dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2.       Keluar air mani.
3.       Keluar darah haidh (datang bulan).
4.       Keluar darah nifas (darah yang keluar setelah melahirkan).
5.       Melahirkan.
6.       Mati selain mati syahid
فصل - فروض الغسل اثنان : النية ، وتعميم البدن بالماء
v  Fasal Tujuh / Taharah
Fardhu - fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara, yaitu:
1.       Niat mandi wajib.
2.       Menyampaikan air ke seluruh tubuh dengan sempurna.
شروط الوضوء عشرة : الإسلام ، والتمييز ، والنقاء عن الحيض  والنفاس  وعما يمنع وصول الماء إلى البشرة ، وأن لا يكون على العضو ما يغير الماء الطهور ، ودخول الوقت، والموالاة لدائم الحدث
v  Fasal Delapan / Taharah
Syarat - syarat wudhu ada sepuluh, yaitu:
1.       Islam.
2.       Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
3.       Suci dari haidh dan nifas.
4.       Lepas dari segala hal dan sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
5.       Tidak ada sesuatu di salah satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.
6.       Mengetahui bahwa hukum wudhu` tersebut adalah wajib.
7.       Tidak boleh beri`tiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah (tidak wajib).
8.       Kesucian air wudhu` tersebut.
9.       Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
10.   Muwalat (terus menurus dan tidak terputus/terpisah)
Dua syarat terakhir ini khusus untuk da`im al-hadats (orang yang selalu berhatas seperti perempuan yang sedang keputihan atau orangtua/uzur yang air kencingnya selalu keluar)
فصل - نوا قض الوضوء أربعة أشياء : الأول الخارج من أحد السبيلين من قبل أو دبر ريح أو غيره إلا المنى ، الثاني  زوال العقل بنوم أو غيره إلا نوم قاعد ، ممكن مقعده من الأرض ، الثالث التقاء بشرتي رجل وامرأة كبيرين من غير حائل ، الرابع  مس قبل الآدمي أو حلقة دبره ببطن الراحة أو بطون الأصابع
v  Fasal Sembilan / Taharah
Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1.       Sesuatu yang keluar dari salah satu jalan kemaluan baik depan maupun belakang seperti angin dan lainnya, kecuali air mani. (keluar mani tidak membatalkan wudlu tapi mewajibkan mandi besar)
2.       Hilang akal seperti tidur, gila, pingsan dan lain - lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut.
3.       Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang keduanya sudah besar, yang bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain dll. (Mahram/muhrim adalah orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4.       Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.
فصل - من انتقض وضوؤه حرم عليه أربعه أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله
 ويحرم على الجنب ستة أشياء: الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن
ويحرم بالحيض عشرة أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور في المسجد إن خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة
v  Fasal Sepuluh / Taharah
Larangan bagi orang yang berhadats kecil / batal wudlunya ada empat, yaitu:
1.       Shalat
2.       Thawaaf
3.       Menyentuh kitab suci Al-Qur`an
4.       Membawa / mengangkat Al-Qur`an
Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada enam, yaitu:
1.       Shalat
2.       Thawaaf
3.       Menyentuh kitab suci Al-Qur`an
4.       Membawa / mengangkat Al-Qur`an
5.       I`tikaf (berdiam di masjid)
6.       Membaca Al-Qur`an
Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh, yaitu:
1.       Shalat
2.       Thawaaf
3.       Menyentuh kitab suci Al-Qur`an
4.       Membawa / mengangkat Al-Qur`an
5.       I`tikaf (berdiam di masjid)
6.       Membaca Al-Qur`an
7.       Puasa
8.       Cerai, karena itu, di larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9.       Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut.
10.   Bersenang – senang dengan isteri di antara pusar dan lutut.
فصل - أسباب التيمم ثلاثة: فقد الماء ، والمرض ، والاحتياج إليه لعطش حيوان محترم
غير المحترم ستة : تارك الصلاة والزاني المحصن والمرتد والكافر الحربي والكلب العقور والخنزير
v  Fasal Sebelas / Thaharah
Sebab - sebab yang membolehkan seorang melakukan tayamum ada tiga hal, yaitu:
1.       Tidak ada air untuk berwudhu`.
2.       Terkena penyakit yang mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3.       Ada air tapi hanya sekedar mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang muhtaram.
(Muhtaram = dimuliyakan adalah manusia atau binatang yang tidak boleh dibunuh)
Adapun selain muhtaram ada enam macam, yaitu:
1.       Orang yang meninggalkan shalat wajib.
2.       Kafir Harbiy (kafir yang memusuhi; kafir yang tidak ada perjanjian damai).
3.       Murtad. (keluar dari agama Islam)
4.       Penzina dalam keadaan Ihshan (orang yang sudah ber’aqad nikah yang sah).
5.       Anjing yang menyalak (tidak menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara).
6.       Babi.
فصل - شروط التيمم عشرة: أن يكون بتراب وان يكون التراب طاهرا وأن لا يكون مستعملا ولا يخالطه دقيق ونحوه وأن يقصده وأن يمسح وجهه ويديه بضربتين وأن يزيل النجاسة أولا وأن يجتهد في القبلة قبله وأن يكون التيمم بعد دخول الوقت وأن يتيمم لكل فرض
v  Fasal Dua Belas / Thaharah
Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:
1.       Bertayammum dengan debu.
2.       Menggunakan debu yang suci tidak terkena najis.
3.       Menggunakan debu yang belum pernah di pakai sebelumnya.
4.       Debu harus murni dari campuran yang lain seperti tepung dan seumpamanya.
5.       Mengqoshod atau menghendaki (berniat) bahwa sapuan dengan tanah tersebut untuk di jadikan tayammum.
6.       Menyapu muka dan dua tangannya dengan dua kali usapan secara masing – masing (terpisah)
7.       Menghilangkan segala najis di badan terlebih dahulu.
8.       Berhati – hati dan bersungguh – sungguh dalam mencari arah qiblat sebelum memulai tayammum
9.       Bertayamum setelah masuk waktu shalat fardhu
10.   Bertayammum tiap kali sholat fardhu tiba. (satu tayamum hanya untuk satu kali shalat fardhu)
فصل - فروض التيمم خمسة : الأول : نقل التراب ، الثاني : النية ، الثالث : مسح الوجه ، الرابع : مسح اليدين إلى المرفقين ، الخامس : الترتيب بين المسحتين
v  Fasal Tiga Belas / Thaharah
Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:
1.       Memindah debu.
2.       Niat.
3.       Mengusap wajah.
4.       Mengusap kedua belah tangan sampai siku.
5.       Tertib antara dua usapan.
فصل - مبطلات التيمم أربعة : ما أبطل الوضوء والردة وتوهم الماء إن تيمم لفقده
v  Fasal Empat Belas / Thaharah
Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:
1.       Semua yang membatalkan wudhu’.
2.       Murtad.
3.       Menyangka terdapatnya air, apabila dia bertayammum karena tidak ada air.
 فصل - الذي يظهر من النجاسة ثلاثة : الخمر إذا تخللت بنفسها . وجلد الميتة إذا دبغ وما صارا حيوانا
v  Fasal lima Belas / Thaharah
Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga, yaitu:
1.       Khamar (air yang diperah dari anggur) apabila telah menjadi cuka.
2.       Kulit binatang yang disamak.
3.       Semua najis yang telah berubah menjadi binatang.
 فصل - النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين. والمتوسطة  سائر النجاسات
v  Fasal Enam Belas / Thaharah
Macam macam najis ada tiga, yaitu:
1.       Najis besar (Mughallazoh), yaitu anjing, babi atau yang lahir dari salah satunya.
2.       Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya belum sampai dua tahun.
3.       Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.

فصل - المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها
والمتوسطة تنقسم إلى قسمين: عينية وحكميه . العينية : التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها . والحكمية : التي لا لون لها ولا ريح ولاطعم لها يكفيك جري الماء عليها
v  Fasal Tujuh Belas / Thaharah
Cara menyucikan najis-najis:
1.       Najis besar (Mughallazoh), cara menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya menggunakan debu, setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis.
2.       Najis ringan (Mukhaffafah), cara menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan ‘ayin yang najis.
3.       Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan sifat najis yang masih ada.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
فصل - أقل الحيض : يوم وليله وغالبة ستة أوسبع وأكثره خمسة عشرة يوما بلياليها . أقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشرة يوما وغالبه أربعة وعشرون يوما أو ثلاثة وعشرون يوما ولاحد لأكثرة .أقل النفاس مجة وغالبة أربعون يوما وأكثرة ستون يوما
v  Fasal Delapan Belas / Thaharah
Darah haid yang keluar paling sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari. Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya. Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan tidak akan melebihi dari 60 hari.
Bagian 2
فصل - أعذار الصلاة اثنان : النوم والنسيان
BAB III
SHALAT
v  Fasal Satu / Shalat
Udzur sholat ada dua yaitu:
1.      Tidur
2.      Lupa
فصل - شروط الصلاة ثمانية : طهارة الحدثين والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة واستقبال القبلة ودخول الوقت والعلم بفريضتة وأن لايعتقد فرضا من فروضها سنة واجتناب المبطلات
الأحداث اثنان : أصغر وأكبر . فالأصغر ماأوجب الوضوء . والأكبر ماأوجب الغسل
العورات أربع : عورة الرجل مطلقا والأمة في الصلاة ما بين السرة والركب
v  Fasal Dua / Shalat
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1.      Suci dari hadats besar dan kecil.
2.      Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3.      Menutup aurat.
4.      Menghadap kiblat.
5.      Masuk waktu sholat.
6.      Mengetahui rukun-rukan sholat.
7.      Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya
8.      Menjauhi semua yang membatalkan sholat.
Macam-macam hadats: Hadats ada dua macam, yaitu: kecil dan besar.
1.      Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’,
2.      sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
 Macam macam aurat: Aurat ada empat macam, yaitu:
1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.
فصل - أركان الصلاة سبعة عشر : الأول النية ،الثاني تكبيرة الإحرام ، الثالث القيام على القادر في الفرض ،الرابع قراءة الفاتحة ، الخامس الركوع ، السادس الطمأنينة فية ، السابع الإعتدال ،الثامن الطمأنينة فيه ، التاسع السجود مرتين ،العاشر الطمأنينة فية ، الحادي عشر الجلوس بين السجدتين ، الثاني عشر الطمأنينة فية ،الثالث عشر التشهد الأخير ،الرابع عشر القعود فيه ،الخامس عشر : الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ،السادس عشر السلام ،السابع عشر التر
v  Fasal Tiga / Shalat
Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1.      Niat.
2.      Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).
3.      Berdiri bagi yang mampu.
4.      Membaca fatihah.
5.      Ruku’ (membungkukkan badan).
6.      Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.
7.      I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8.      Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).
9.      Sujud dua kali.
10.  Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).
11.  Duduk diantara dua sujud.
12.  Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).
13.  Tasyahud akhir (membaca kalimat-kalimat yang tertentu).
14.  Duduk diwaktu tasyahud.
15.  Sholawat (kepada nabi).
16.  Salam (kepada nabi).
17.  Tertib (berurutan sesuai urutannya).
فصل - النيه ثلاث درجات : إن كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين والفرضية وإن كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين ، وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط
الفعل :أصلي والتعيين: ظهرا أو عصرا و الفرضية : فرضا
v  Fasal Empat / Shalat
Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
1.      Jika sholat yang dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
2.      Jika sholat yang dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
3.      Jika sholat yang dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut saja.
Yang dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyenghajanya), dan yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat fardhu.
فصل) شروط تكبيرة الإحرام : ستة عشرة أن تقع حالة القيام في الفرض وأن تكون بالعربيه وأن تكون بلفظ الجلالة وبلفظ أكبر والترتيب بين اللفظتين وأن لايمد همزة الجلالة وعدم مد باء أكبر وأن لا يشدد الباء وأن لايزيد واواً ساكنة أو متحركة بين الكلمتين ، وأن لايزيد واوا قبل الجلالة وأن لايقف بين كلمتي التكبير وقفة طويلة ولا قصيرة ، وأن يسمع نفسة جميع حروفها ودخول الوقت في المؤقت وإيقاعها حال الإستقبال وأن لا يخل بحرف من حروفها وتأخير تكبيرة المأموم عن تكبيرة الإمام.
v  Fasal Lima / Shalat
Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1.      Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2.      Mengucapkannya dengan bahasa Arab.
3.      Menggunakan lafal “Allah”.
4.      Menggunakan lafal “Akbar”.
5.      Berurutan antara dua lafal tersebut.
6.      Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7.      Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8.      Tidak mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9.      Tidak menambah huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10.  Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11.  Tidak berhenti antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12.  Mendengarkan dua kalimat tersebut.
13.  Masuk waktu sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14.  Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15.  Tidak tersalah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16.  Takbirotul ihrom ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.
فصل - شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها ذكر أجنبي
v  Fasal Enam / Shalat
Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1.      Tertib (yaitu membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2.      Muwalat (yaitu membaca surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3.      Memperhatikan makhroj huruf (tempat keluar huruf) serta tempat-tempat tasydid.
4.      Tidak lama terputus antara ayat-ayat al-Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat memutuskan bacaan.
5.      Membaca semua ayat al-Fatihah.
6.      Basmalah termasuk ayat dari al-fatihah.
7.      Tidak menggunakan lahan (lagu) yang dapat merubah makna.
8.      Memabaca surat al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9.      Mendengar surat al-Fatihah yang dibaca.
10.  Tidak terhalang oleh dzikir yang lain.
فصل - تشديدات الفاتحة أربع عشرة : بسم الله فوق اللام ، الرَّحمن فوق الراء ، الرَّحيم فوق الراء ، الحمد لله فوق لام الجلالة ، ربُّ العالمين فوق الباء ، الرَّحمن فوق الراء، مالك يوم الدِّين فوق الدال ، إيَّاك نعبد فوق الياء ، إيَّاك نستعين فوق الياء ، اهدنا الصِّراط المستقيم فوق الصاد ، صراط الَّذين فوق اللام ، أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضَّالِّين فوق الضاد واللام
v  Fasal Tujuh / Shalat
Tempat-tempat tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1.      Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2.      Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحمن ) .
3.      Tasydid huruf “Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4.      Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5.      Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين ).
6.      Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرّحمن ).
7.      Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8.      Tasydid huruf “Dal” pada lafal (الدّين ).
9.      Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat ( إيّاك نعبد).
10.  Tasydid huruf “Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين ).
11.  Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12.  Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (صراط الّذين ).
13.  Tasydid “Dhad” pada kalimat (ولا الضالين).
14.  Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (ولا الضالين).
فصل - يسن رفع اليدين في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الإعتدال وعند القيام من التشهد الأول
v  Fasal Delapan / Shalat
Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1.      Ketika takbiratul ihram.
2.      Ketika Ruku’.
3.      Ketika bangkit dari Ruku’ (I’tidal).
4.      Ketika bangkit dari tashahud awal.
فصل - شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافلة على أعالية والطمأنينة فية
v  Fasal Sembilan / Shalat
Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1.      Sujud dengan tujuh anggota.
2.      Dahi terbuka (jangan ada yang menutupi dahi).
3.      Menekan sekedar berat kepala.
4.      Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5.      Tidak sujud ketempat yang bergerak jika ia bergerak.
6.      Meninggikan bagian punggung dan merendahkan bagian kepala.
7.      Thuma’ninah pada sujud.
خاتمة - أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع والرجلين
Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:
1.      Dahi.
2.      Bagian dalam dari telapak tangan kanan.
3.      Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4.      Lutut kaki yang kanan.
5.      Lutut kaki yang kiri.
6.      Bagian dalam jari-jari kanan.
7.      Bagian dalam jari-jari kiri.
فصل - تشديدات التشهد إحدى وعشرون : خمس في أكمله وستة عشر في أقلة : التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد ، الطيبات على الطاء والياء ، لله على لام الجلالة ، السلام على السين ، عليك أيها النبي على الياء والنون والياء ، ورحمه الله على لام الجلاله ، وبركاته السلام على السين ، علينا وعلى عباد الله على لام الجلاله ، الصالحين على الصاد، أشهد أن لاإله على لام ألف ،إلا الله على لام ألف ولام الجلاله، وأشهدأن على النون ، محمدا رسول الله على ميم محمدا وعلى الراء وعلى لام الجلاله

v  Fasal Sepuluh / Shalat
Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1.      “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2.      “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3.      “Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di huruf “Shad”.
4.      “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5.      “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “ya’”.
6.      “Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7.      “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8.      “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9.      “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10.  “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11.  “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12.  “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13.  “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14.  “Asshalihiin”: di huruf shad.
15.  “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16.  “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17.  “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18.  “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19.  “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20.  “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21.  “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah
فصل - تشديدات أقل الصلاة على النبي أربع : اللهم على اللام والميم ، صل على اللام ، على محمد على الميم
v  Fasal Sebelas / Shalat
Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.
(Adapun).harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim” di Muhammad.
فصل - أقل السلام : السلام عليكم تشديد السلام على السين
v  Fasal Duabelas / Shalat
Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Assalaamu’alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.
فصل - أوقات الصلاة خمس: أول وقت الظهر زوال الشمس ، وآخره مصير ظل الشيء مثله غير ظل الإستواء ، وأول وقت العصر إذا صار ظل كل شيء مثلة وزاد قليلا ، وآخره غروب الشمس . وأول وقت المغرب غروب الشمس وآخره غروب الشفق الأحمر ، وآخره طلوع الفجر الصادق وآخره طلوع الشمس
الأشفاق ثلاثة : أحمر وأصفر وأبيض .الأحمر مغرب ولأصفر والأبيض عشاء . ويندب تأخير صلاه العشاء إلى أن يغيب الشفق الأحمر والأبيض
v  Fasal Tigabelas / Shalat
Waktu waktu shalat
1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.
5 Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan putih.
فصل - تحرم الصلاة التي ليس لها سبب متقدم ولا مقارن في خمسة أوقات : عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدر رمح وعند الإستواء في غير يوم الجمعة حتى تزول ، وعند الإصفرار حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب
v  Fasal Empatbelas / Shalat
Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1.      Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2.      Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3.      Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4.      Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5.      Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.

فصل - سكتات الصلاة ستة : بين تكبيرة الإحرام ودعاء الإفتتاح والتعوذ، وبين الفاتحة والتعوذ، وبين آخر الفاتحة وآمين ، وبين آمين والسوره ، وبين السورة والركوع

v  Fasal Limabelas / Shalat
Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1.      Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2.      Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3.      Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4.      Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5.      Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6.      Antara membaca surat dan ruku’.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.


Template by:
Free Blog Templates