Biografi Penulis
|
Gambar Kitab Safinnatunnajah |
Penulis kitab safinatunnajah
adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu
Syekh Salim bin Abdullahbin Saad bin Sumair Al hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf
yang bermadzhab Syafi'i. Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang
dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada
dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara-negara
Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah
Hadramaut, Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam
berbagai bidang ilmu keagamaan.
Sebagaimana para ulama besar
lainnya, Syekh Salim memulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah
pengawasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah
bin Sa'ad bin Sumair.
Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan
belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih hasil yang
baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang-bidang lainnya
seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu
tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari
para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut,
Yaman. Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
Syekh Abdullah bin Sa'ad bin
Sumair
Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan
Setelah mendalami berbagai ilmu
agama, di hadapan para ulama dan para gurunya yang terkemuka, beliau memulai
langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai Syekh Al Qur'an. Di desanya, pagi
dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar para santrinya dan karena
keikhlasan serta kesabarannya, maka beliau berhasil mencetak para ulama ahli
Al-Qur'an di zamannya. Beberapa tahun berikutnya para santri semakin bertambah
banyak, mereka berdatangan dari luar kota dan daerah-daerah yang jauh sehingga
beliau merasa perlu untuk menambah bidang-bidang ilmu yang hendak diajarkannya
seperti: ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf,
dan ilmu taktik militer Islam. Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama
yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
Habib Abdullah bin Toha Al-Haddar
Al-Haddad.
Syekh Al Faqih Ali bin Umar
Baghuzah.
Selain sebagai seorang pendidik
yang hebat, Syekh Salim juga seorang pengamat politik Islam yang sangat
disegani, beliau banyak memiliki gagasan dan sumbangan pemikiran yang
menjembatani persatuan umat Islam dan membangkitkan mereka dari ketertinggalan.
Di samping itu beliau juga banyak memberikan dorongan kepada umat Islam agar
melawan para penjajah yang ingin merebut daerah-daerah Islam.
Pada suatu ketika Syekh Salim
diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli
peralatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura
dan India untuk keperluan tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses
oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam
bidang militer kerajaan. Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur
birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara-cara dan unsur kedholiman yang
merajalela di kalangan mereka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat,
kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.
Pada tahun-tahun berikutnya Syekh
Salim diangkat menjadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan
tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan
nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun-tahun berikutnya ia tidak lagi
menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina,
kondisi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu
mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan
hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap
sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan
Yaman. Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan
Kasiriyyah dan hijrah menuju India. Periode ini tidak jelas berapa lama beliau
berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara
Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.
Sebagai seorang ulama terpandang
yang segala tindakannya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan
Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang
berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya.
Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis
dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlis-majlis tersebut,
sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu.
Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran,
apa pun resiko yang harus dihadapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para
ulama mendekat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau
memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar
mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda. Martin van Bruinessen
dalam tulisannya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati)
juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.
Dalam beberapa alenia dia
menceritakan perbedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang
ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah
menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim
kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada
pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yahya sendiri pada waktu itu,
sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang
berusaha menjembatani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan
pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para
pejabatnya.
Oleh karena itu, beliau
memberikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana
mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik
panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam
mempertahankan kebenaran. Entah bagaimana penyelesaian yang terjadi pada waktu
itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita
tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti dengan
pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.
Walaupun Syekh Salim seorang yang
sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang
yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang
yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi
dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim
menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim
meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).
Bagian 1
للشيخ العالم الفاضل : سالم بن سمير الحضرمي
على مذهب الإمام الشافعي
نفعنا الله بعلومه آمين
قال الله تعالى : لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجاً
Matan kitab Safinatunnajah (bahtera keselamatan), yang
membahas masalah fikih dan ushuluddin. Oleh Syekh al Alim Al Fadhil Salim bin
Sumair Hadromi.
Hari pertama - hari ke 5 Ramadlan 1433 H (21 - 25 Juli 2012)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على
أمور الدنيا والدين، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ،واله وصحبه أجمعين
، ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
(Muqaddimah)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, dan hanya
kepadaNya kita memohon pertolongan atas segala perkara dunia dan akhirat. Shalawat
serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW
yang menjadi penutup para nabi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian. Tiada
kekuatan sedikitpun untuk melakukan ibadah dan menghindar dari perbuatan
maksiat kecuali hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Perkasa.
فصل - أركان الإسلام خمسة : شهادة أن لاإله
إلاالله وأن محمد رسول الله وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة ، و صوم رمضان ، وحج البيت
من استطاع إليه سبيلا
فصل - أركان الإيمان ستة: أن تؤمن بالله
، وملائكته، وكتبه ، وباليوم الآخر ، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى
فصل - ومعنى لاإله إلاالله : لامعبود بحق
في الوجود إلا الله
Bab I
AQIDAH
v
Fasal Satu / Aqidah
Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:
1.
Bersaksi bahwa sesungguhnya
tiada ada tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan kecuali Allah Subhaanahu
wa Ta'aala dan bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alayhi wa
Sallam adalah utusanNya.
2.
Mendirikan sholat (lima
waktu).
3.
Menunaikan zakat.
4.
Puasa Ramadhan.
5.
Ibadah haji ke baitullah
bagi yang telah mampu melaksanakannya.
v
Fasal Dua / Aqidah
Rukun iman ada enam, yaitu:
1.
Beriman kepada Alloh
Subhaanahu wa Ta'aala.
2.
Beriman kepada sekalian
Mala’ikat
3.
Beriman dengan segala
kitab-kitab suci.
4.
Beriman dengan sekalian
Rosul-rosul.
5.
Beriman dengan hari kiamat.
6.
Beriman dengan ketentuan
baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
v
Fasal Tiga / Aqidah
Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh
فصل - علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة
سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع
سنين
BAB II
THAHARAH (BERSUCI)
v
Fasal Satu / Thaharah
Tanda-tanda baligh (mencapai usia remaja) seseorang ada
tiga, yaitu:
1.
Genap berumur lima belas
tahun bagi seorang laki-laki dan perempuan.
2.
Bermimpi (junub) bagi
laki-laki dan perempuan ketika melewati umur sembilan tahun.
3.
Keluar darah haidh sesudah
berumur sembilan tahun (khusus bagi perempuan)
NB: Hitungan tahun yang dimaksud di sini adalah tahun
hijriyah bukan tahun masehi
فصل - شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية: أن يكون
بثلاثة أحجار، وأن ينقي المحل، وأن لا يجف النجس، ولا ينتقل، ولا يطرأ عليه آخر، ولا
يجاوز صفحته وحشفته، ولا يصيبه ماء، وأن تكون الأحجار طاهرة
v
Fasal Dua / Thaharah
Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan,
yaitu:
1.
Menggunakan tiga buah batu.
(atau sebuah batu yang mempunyai tiga bagian/sisi)
2.
Mensucikan tempat keluar
najis dengan batu tersebut.
3.
Najis tersebut tidak
kering.
4.
Najis tersebut tidak
berpindah.
5.
Tempat istinja tersebut
tidak terkena benda yang lain sekalipun tidak najis.
6.
Najis tersebut tidak
berpindah tempat istinja (lubang kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7.
Najis tersebut tidak
terkena air .
8.
Batu tersebut suci.
فصل - فروض الوضوء ستة: الأول:النية ، الثاني
: غسل الوجه ، الثالث: غسل اليدين مع المرفقين ، الرابع : مسح شيء من الرأس ، الخامس
: غسل الرجلين مع الكعبين ، السادس :الترتيب
v
Fasal Tiga / Thaharah
Rukun wudhu ada enam, yaitu:
1.
Niat.
2.
Membasuh muka
3.
Membasuh kedua tangan serta
kedua siku.
4.
Menyapu sebagian kepala.
5.
Membasuh kedua kaki serta
kedua mata kaki
6.
Tertib (berurutan)
فصل - النية : قصد الشيء مقترنا بفعله ،
ومحلها القلب والتلفظ بها سنة ، ووقتها عند غسل أول جزء من الوجه ، والترتيب أن لا
يقدم عضو على عضو
v
Fasal Empat / Taharah
Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) bersamaan dengan melakukan
bentuk suatu perbuatan tersebuat. Niat tempatnya d idalam hati. Adapun
mengucapkan lafadz niat tersebut hukumnya sunnah, dan waktu niat wudlu ketika
pertama membasuh sebagian muka. Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak
mendahulukan satu anggota terhadap anggota yang lain (sebagaimana yang telah
tersebut)
فصل - الماء قليل وكثير : القليل مادون
القلتين ، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير . والماء
الكثير لا يتنجس إلا إذا تغيرطعمه أو لونه أو ريحه
v
Fasal Lima / Taharah
Air dibagi menjadi dua macam, yaitu: air sedikit dan air
yang banyak.
1.
Air sedikit adalah air yang
kurang dari dua qullah .
2.
Dan air yang banyak itu
adalah yang sampai dua qullah atau lebih. (Ada yang berpendapat bahwa dua kulah
adalah sama dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 60 cm x 60 cm x 60 cm)
Air sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis
kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak tidak akan menjadi
najis kecuali jika air tersebut telah berubah warna, rasa atau baunya.
فصل - موجبات الغسل ستة: إيلاج الحشفة في
الفرج ، وخروج المنى والحيض والنفاس والولادة والموت
v
Fasal Enam / Taharah
Hal yang mewajibkan mandi ada enam, yaitu:
1.
Memasukkan kemaluan (kepala
dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2.
Keluar air mani.
3.
Keluar darah haidh (datang
bulan).
4.
Keluar darah nifas (darah
yang keluar setelah melahirkan).
5.
Melahirkan.
6.
Mati selain mati syahid
فصل - فروض الغسل اثنان : النية ، وتعميم
البدن بالماء
v
Fasal Tujuh / Taharah
Fardhu - fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara,
yaitu:
1.
Niat mandi wajib.
2.
Menyampaikan air ke seluruh
tubuh dengan sempurna.
شروط الوضوء عشرة : الإسلام ، والتمييز
، والنقاء عن الحيض والنفاس وعما يمنع وصول الماء إلى البشرة ، وأن لا يكون
على العضو ما يغير الماء الطهور ، ودخول الوقت، والموالاة لدائم الحدث
v
Fasal Delapan / Taharah
Syarat - syarat wudhu ada sepuluh, yaitu:
1.
Islam.
2.
Tamyiz (cukup umur dan
ber’akal).
3.
Suci dari haidh dan nifas.
4.
Lepas dari segala hal dan
sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
5.
Tidak ada sesuatu di salah
satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.
6.
Mengetahui bahwa hukum
wudhu` tersebut adalah wajib.
7.
Tidak boleh beri`tiqad
(berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah
(tidak wajib).
8.
Kesucian air wudhu`
tersebut.
9.
Masuk waktu sholat yang
dikerjakan.
10.
Muwalat (terus menurus dan
tidak terputus/terpisah)
Dua syarat terakhir ini khusus untuk da`im al-hadats (orang
yang selalu berhatas seperti perempuan yang sedang keputihan atau orangtua/uzur
yang air kencingnya selalu keluar)
فصل - نوا قض الوضوء أربعة أشياء : الأول
الخارج من أحد السبيلين من قبل أو دبر ريح أو غيره إلا المنى ، الثاني زوال العقل بنوم أو غيره إلا نوم قاعد ، ممكن مقعده
من الأرض ، الثالث التقاء بشرتي رجل وامرأة كبيرين من غير حائل ، الرابع مس قبل الآدمي أو حلقة دبره ببطن الراحة أو بطون
الأصابع
v
Fasal Sembilan / Taharah
Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1.
Sesuatu yang keluar dari
salah satu jalan kemaluan baik depan maupun belakang seperti angin dan lainnya,
kecuali air mani. (keluar mani tidak membatalkan wudlu tapi mewajibkan mandi
besar)
2.
Hilang akal seperti tidur,
gila, pingsan dan lain - lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian
punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar
angin sewaktu tidur tersebut.
3.
Bersentuhan antara kulit
laki–laki dengan kulit perempuan yang keduanya sudah besar, yang bukan muhrim
baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain dll.
(Mahram/muhrim adalah orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4.
Menyentuh kemaluan orang
lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut
sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.
فصل - من انتقض وضوؤه حرم عليه أربعه أشياء
: الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله
ويحرم على الجنب ستة أشياء: الصلاة والطواف ومس
المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن
ويحرم بالحيض عشرة أشياء : الصلاة والطواف
ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور في المسجد
إن خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة
v
Fasal Sepuluh / Taharah
Larangan bagi orang yang berhadats kecil / batal wudlunya
ada empat, yaitu:
1.
Shalat
2.
Thawaaf
3.
Menyentuh kitab suci
Al-Qur`an
4.
Membawa / mengangkat
Al-Qur`an
Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada enam,
yaitu:
1.
Shalat
2.
Thawaaf
3.
Menyentuh kitab suci
Al-Qur`an
4.
Membawa / mengangkat
Al-Qur`an
5.
I`tikaf (berdiam di masjid)
6.
Membaca Al-Qur`an
Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh,
yaitu:
1.
Shalat
2.
Thawaaf
3.
Menyentuh kitab suci
Al-Qur`an
4.
Membawa / mengangkat
Al-Qur`an
5.
I`tikaf (berdiam di masjid)
6.
Membaca Al-Qur`an
7.
Puasa
8.
Cerai, karena itu, di
larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9.
Masuk ke dalam masjid
sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid
tersebut.
10.
Bersenang – senang dengan
isteri di antara pusar dan lutut.
فصل - أسباب التيمم ثلاثة: فقد الماء ،
والمرض ، والاحتياج إليه لعطش حيوان محترم
غير المحترم ستة : تارك الصلاة والزاني
المحصن والمرتد والكافر الحربي والكلب العقور والخنزير
v
Fasal Sebelas / Thaharah
Sebab - sebab yang membolehkan seorang melakukan tayamum ada
tiga hal, yaitu:
1.
Tidak ada air untuk
berwudhu`.
2.
Terkena penyakit yang
mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3.
Ada air tapi hanya sekedar
mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang muhtaram.
(Muhtaram = dimuliyakan adalah manusia atau binatang yang
tidak boleh dibunuh)
Adapun selain muhtaram ada enam macam, yaitu:
1.
Orang yang meninggalkan
shalat wajib.
2.
Kafir Harbiy (kafir yang
memusuhi; kafir yang tidak ada perjanjian damai).
3.
Murtad. (keluar dari agama
Islam)
4.
Penzina dalam keadaan
Ihshan (orang yang sudah ber’aqad nikah yang sah).
5.
Anjing yang menyalak (tidak
menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara).
6.
Babi.
فصل - شروط التيمم عشرة: أن يكون بتراب
وان يكون التراب طاهرا وأن لا يكون مستعملا ولا يخالطه دقيق ونحوه وأن يقصده وأن يمسح
وجهه ويديه بضربتين وأن يزيل النجاسة أولا وأن يجتهد في القبلة قبله وأن يكون التيمم
بعد دخول الوقت وأن يتيمم لكل فرض
v
Fasal Dua Belas / Thaharah
Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:
1.
Bertayammum dengan debu.
2.
Menggunakan debu yang suci
tidak terkena najis.
3.
Menggunakan debu yang belum
pernah di pakai sebelumnya.
4.
Debu harus murni dari
campuran yang lain seperti tepung dan seumpamanya.
5.
Mengqoshod atau menghendaki
(berniat) bahwa sapuan dengan tanah tersebut untuk di jadikan tayammum.
6.
Menyapu muka dan dua tangannya
dengan dua kali usapan secara masing – masing (terpisah)
7.
Menghilangkan segala najis
di badan terlebih dahulu.
8.
Berhati – hati dan
bersungguh – sungguh dalam mencari arah qiblat sebelum memulai tayammum
9.
Bertayamum setelah masuk
waktu shalat fardhu
10.
Bertayammum tiap kali
sholat fardhu tiba. (satu tayamum hanya untuk satu kali shalat fardhu)
فصل - فروض التيمم خمسة : الأول : نقل التراب
، الثاني : النية ، الثالث : مسح الوجه ، الرابع : مسح اليدين إلى المرفقين ، الخامس
: الترتيب بين المسحتين
v
Fasal Tiga Belas / Thaharah
Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:
1.
Memindah debu.
2.
Niat.
3.
Mengusap wajah.
4.
Mengusap kedua belah tangan
sampai siku.
5.
Tertib antara dua usapan.
فصل - مبطلات التيمم أربعة : ما أبطل الوضوء
والردة وتوهم الماء إن تيمم لفقده
v
Fasal Empat Belas /
Thaharah
Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:
1.
Semua yang membatalkan
wudhu’.
2.
Murtad.
3.
Menyangka terdapatnya air,
apabila dia bertayammum karena tidak ada air.
فصل - الذي يظهر من النجاسة ثلاثة : الخمر إذا تخللت بنفسها . وجلد الميتة
إذا دبغ وما صارا حيوانا
v
Fasal lima Belas / Thaharah
Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga,
yaitu:
1.
Khamar (air yang diperah
dari anggur) apabila telah menjadi cuka.
2.
Kulit binatang yang
disamak.
3.
Semua najis yang telah
berubah menjadi binatang.
فصل - النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب
والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين.
والمتوسطة سائر النجاسات
v
Fasal Enam Belas / Thaharah
Macam macam najis ada tiga, yaitu:
1.
Najis besar (Mughallazoh),
yaitu anjing, babi atau yang lahir dari salah satunya.
2.
Najis ringan (Mukhaffafah),
yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya
belum sampai dua tahun.
3.
Najis sedang
(Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.
فصل - المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة
عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها
والمتوسطة تنقسم إلى قسمين: عينية وحكميه
. العينية : التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها . والحكمية
: التي لا لون لها ولا ريح ولاطعم لها يكفيك جري الماء عليها
v
Fasal Tujuh Belas /
Thaharah
Cara menyucikan najis-najis:
1.
Najis besar (Mughallazoh),
cara menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya
menggunakan debu, setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis.
2.
Najis ringan (Mukhaffafah),
cara menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan
‘ayin yang najis.
3.
Najis sedang
(Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau
rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan sifat najis yang
masih ada.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan
rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda
yang terkena najis tersebut.
فصل - أقل الحيض : يوم وليله وغالبة ستة
أوسبع وأكثره خمسة عشرة يوما بلياليها . أقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشرة يوما وغالبه
أربعة وعشرون يوما أو ثلاثة وعشرون يوما ولاحد لأكثرة .أقل النفاس مجة وغالبة أربعون
يوما وأكثرة ستون يوما
v
Fasal Delapan Belas /
Thaharah
Darah haid yang keluar paling
sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan
tidak akan lebih dari 15 hari. Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah
15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa
sucinya. Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan
tidak akan melebihi dari 60 hari.
Bagian 2
فصل - أعذار الصلاة اثنان : النوم والنسيان
BAB III
SHALAT
v Fasal Satu /
Shalat
Udzur sholat
ada dua yaitu:
1. Tidur
2. Lupa
فصل - شروط الصلاة ثمانية : طهارة الحدثين والطهارة عن النجاسة في الثوب
والبدن والمكان وستر العورة واستقبال القبلة ودخول الوقت والعلم بفريضتة وأن لايعتقد
فرضا من فروضها سنة واجتناب المبطلات
الأحداث اثنان : أصغر وأكبر . فالأصغر ماأوجب الوضوء . والأكبر ماأوجب
الغسل
العورات أربع : عورة الرجل مطلقا والأمة في الصلاة ما بين السرة والركب
v Fasal Dua /
Shalat
Syarat sah
shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats
besar dan kecil.
2. Suci pakaian,
badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap
kiblat.
5. Masuk waktu
sholat.
6. Mengetahui
rukun-rukan sholat.
7. Tidak meyakini
bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya
8. Menjauhi semua
yang membatalkan sholat.
Macam-macam
hadats: Hadats ada dua macam, yaitu: kecil dan besar.
1. Hadats kecil
adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’,
2. sedangkan hadats
besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
Macam macam aurat: Aurat ada empat macam,
yaitu:
1. Aurat
semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu
antara pusar dan lutut.
2. Aurat
perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak
tangan.
3. Aurat
perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim),
yaitu seluruh badan.
4. Aurat
perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu
antara pusar dan lutut.
فصل - أركان الصلاة سبعة عشر : الأول النية ،الثاني تكبيرة الإحرام ،
الثالث القيام على القادر في الفرض ،الرابع قراءة الفاتحة ، الخامس الركوع ، السادس
الطمأنينة فية ، السابع الإعتدال ،الثامن الطمأنينة فيه ، التاسع السجود مرتين ،العاشر
الطمأنينة فية ، الحادي عشر الجلوس بين السجدتين ، الثاني عشر الطمأنينة فية ،الثالث
عشر التشهد الأخير ،الرابع عشر القعود فيه ،الخامس عشر : الصلاة على النبي صلى الله
عليه وسلم ،السادس عشر السلام ،السابع عشر التر
v Fasal Tiga /
Shalat
Rukun sholat
ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbirotul ihrom
(mengucapkan “Allahuakbar).
3. Berdiri bagi
yang mampu.
4. Membaca fatihah.
5. Ruku’
(membungkukkan badan).
6. Thuma’ninah
(diam sebentar) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri
setelah ruku’).
8. Thuma’ninah
(diam sebentar waktu i’tidal).
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah
(diam sebentar waktu sujud).
11. Duduk diantara
dua sujud.
12. Thuma’ninah
(diam sebentar ketika duduk).
13. Tasyahud akhir
(membaca kalimat-kalimat yang tertentu).
14. Duduk diwaktu
tasyahud.
15. Sholawat (kepada
nabi).
16. Salam (kepada
nabi).
17. Tertib
(berurutan sesuai urutannya).
فصل - النيه ثلاث درجات : إن كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين
والفرضية وإن كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين ، وان كانت
نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط
الفعل :أصلي والتعيين: ظهرا أو عصرا و الفرضية : فرضا
v Fasal Empat /
Shalat
Niat itu ada
tiga derajat, yaitu:
1. Jika sholat yang
dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat
tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
2. Jika sholat yang
dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat
mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah
Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
3. Jika sholat yang
dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat
tersebut saja.
Yang
dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyenghajanya), dan
yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat
fardhu.
فصل) شروط تكبيرة الإحرام : ستة عشرة أن تقع حالة القيام في الفرض وأن
تكون بالعربيه وأن تكون بلفظ الجلالة وبلفظ أكبر والترتيب بين اللفظتين وأن لايمد همزة
الجلالة وعدم مد باء أكبر وأن لا يشدد الباء وأن لايزيد واواً ساكنة أو متحركة بين
الكلمتين ، وأن لايزيد واوا قبل الجلالة وأن لايقف بين كلمتي التكبير وقفة طويلة ولا
قصيرة ، وأن يسمع نفسة جميع حروفها ودخول الوقت في المؤقت وإيقاعها حال الإستقبال وأن
لا يخل بحرف من حروفها وتأخير تكبيرة المأموم عن تكبيرة الإمام.
v Fasal Lima /
Shalat
Syarat
takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Mengucapkan
takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2. Mengucapkannya
dengan bahasa Arab.
3. Menggunakan
lafal “Allah”.
4. Menggunakan
lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara
dua lafal tersebut.
6. Tidak
memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak
memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak
mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambah
huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10. Tidak menambah
huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti
antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12. Mendengarkan dua
kalimat tersebut.
13. Masuk waktu
sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14. Mengucapkan
takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15. Tidak tersalah
dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbirotul ihrom
ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.
فصل - شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا
يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن
المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها
ذكر أجنبي
v Fasal Enam /
Shalat
Syarat-syarat
sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (yaitu
membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2. Muwalat (yaitu membaca
surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3. Memperhatikan
makhroj huruf (tempat keluar huruf) serta tempat-tempat tasydid.
4. Tidak lama
terputus antara ayat-ayat al-Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat
memutuskan bacaan.
5. Membaca semua
ayat al-Fatihah.
6. Basmalah
termasuk ayat dari al-fatihah.
7. Tidak
menggunakan lahan (lagu) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat
al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Mendengar surat
al-Fatihah yang dibaca.
10. Tidak terhalang
oleh dzikir yang lain.
فصل - تشديدات الفاتحة أربع عشرة : بسم الله فوق اللام ، الرَّحمن فوق
الراء ، الرَّحيم فوق الراء ، الحمد لله فوق لام الجلالة ، ربُّ العالمين فوق الباء
، الرَّحمن فوق الراء، مالك يوم الدِّين فوق الدال ، إيَّاك نعبد فوق الياء ، إيَّاك
نستعين فوق الياء ، اهدنا الصِّراط المستقيم فوق الصاد ، صراط الَّذين فوق اللام ،
أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضَّالِّين فوق الضاد واللام
v Fasal Tujuh /
Shalat
Tempat-tempat
tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1. Tasydid huruf
“Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2. Tasydid huruf
“Ra’” pada lafal ( الرّحمن
) .
3. Tasydid huruf
“Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4. Tasydid “Lam”
jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5. Tasydid huruf
“Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين
).
6. Tasydid huruf
“Ra’” pada lafal (الرّحمن
).
7. Tasydid huruf
“Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8. Tasydid huruf
“Dal” pada lafal (الدّين
).
9. Tasydid huruf
“Ya’” pada kalimat ( إيّاك نعبد).
10. Tasydid huruf
“Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين
).
11. Tasydid huruf
“Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12. Tasydid huruf
“Lam” pada kalimat (صراط الّذين
).
13. Tasydid “Dhad”
pada kalimat (ولا الضالين).
14. Tasydid huruf
“Lam” pada kalimat (ولا الضالين).
فصل - يسن رفع اليدين في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام وعند الركوع
وعند الإعتدال وعند القيام من التشهد الأول
v Fasal Delapan /
Shalat
Tempat
disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika
takbiratul ihram.
2. Ketika Ruku’.
3. Ketika bangkit
dari Ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit
dari tashahud awal.
فصل - شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة
والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافلة على
أعالية والطمأنينة فية
v Fasal Sembilan /
Shalat
Syarat sah
sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan
tujuh anggota.
2. Dahi terbuka
(jangan ada yang menutupi dahi).
3. Menekan sekedar
berat kepala.
4. Tidak ada maksud
lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud
ketempat yang bergerak jika ia bergerak.
6. Meninggikan
bagian punggung dan merendahkan bagian kepala.
7. Thuma’ninah pada
sujud.
خاتمة - أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع
والرجلين
Penutup:
Ketika
seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh,
yaitu:
1. Dahi.
2. Bagian dalam
dari telapak tangan kanan.
3. Bagian dalam
dari telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki yang
kanan.
5. Lutut kaki yang
kiri.
6. Bagian dalam
jari-jari kanan.
7. Bagian dalam
jari-jari kiri.
فصل - تشديدات التشهد إحدى وعشرون : خمس في أكمله وستة عشر في أقلة :
التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد ، الطيبات على الطاء والياء
، لله على لام الجلالة ، السلام على السين ، عليك أيها النبي على الياء والنون والياء
، ورحمه الله على لام الجلاله ، وبركاته السلام على السين ، علينا وعلى عباد الله على
لام الجلاله ، الصالحين على الصاد، أشهد أن لاإله على لام ألف ،إلا الله على لام ألف
ولام الجلاله، وأشهدأن على النون ، محمدا رسول الله على ميم محمدا وعلى الراء وعلى
لام الجلاله
v Fasal Sepuluh /
Shalat
Dalam
kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di
antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang
tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1. “Attahiyyat”:
harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”:
harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”:
harakah tasydid di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”:
harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”:
harakah tasydid di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”:
harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di
huruf “Sin”.
8. “A’laika
ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika
ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika
ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”:
di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh,
assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa
I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”:
di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”:
di “Lam alif”.
16. “Ilaha
Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di
“Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”:
di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”:
di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”:
di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”:
di huruf “Lam” jalalah
فصل - تشديدات أقل الصلاة على النبي أربع : اللهم على اللام والميم ،
صل على اللام ، على محمد على الميم
v Fasal Sebelas /
Shalat
Sekurang-kurang
kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah
Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.
(Adapun).harakat
tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim”
di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim”
di Muhammad.
فصل - أقل السلام : السلام عليكم تشديد السلام على السين
v Fasal Duabelas /
Shalat
Sekurang-kurang
salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah
Assalaamu’alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak
di huruf “Sin”.
فصل - أوقات الصلاة خمس: أول وقت الظهر زوال الشمس ، وآخره مصير ظل الشيء
مثله غير ظل الإستواء ، وأول وقت العصر إذا صار ظل كل شيء مثلة وزاد قليلا ، وآخره
غروب الشمس . وأول وقت المغرب غروب الشمس وآخره غروب الشفق الأحمر ، وآخره طلوع الفجر
الصادق وآخره طلوع الشمس
الأشفاق ثلاثة : أحمر وأصفر وأبيض .الأحمر مغرب ولأصفر والأبيض عشاء
. ويندب تأخير صلاه العشاء إلى أن يغيب الشفق الأحمر والأبيض
v Fasal Tigabelas
/ Shalat
Waktu waktu
shalat
1. Waktu
shalat dzuhur:
Dimulai dari
tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir
ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu
salat Ashar:
Dimulai
ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut
dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu
shalat Magrib:
Berawal
ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul
setelah matahari terbenam.
4. Waktu
shalat Isya
Diawali
dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir
dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar
yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke
utara.
5 Waktu
shalat Shubuh:
Di mulai
dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar
matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah,
kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan
putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan
untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan
putih.
فصل - تحرم الصلاة التي ليس لها سبب متقدم ولا مقارن في خمسة أوقات :
عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدر رمح وعند الإستواء في غير يوم الجمعة حتى تزول ، وعند
الإصفرار حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب
v Fasal Empatbelas
/ Shalat
Shalat itu
haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan
(maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa
waktu, yaitu:
1. Ketika terbit
matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari
berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3. Ketika matahari
kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat
Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat
Asar sampai matahari terbenam.
فصل - سكتات الصلاة ستة : بين تكبيرة الإحرام ودعاء الإفتتاح والتعوذ،
وبين الفاتحة والتعوذ، وبين آخر الفاتحة وآمين ، وبين آمين والسوره ، وبين السورة والركوع
v Fasal Limabelas
/ Shalat
Tempat
saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara
takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa
iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang
terkutuk).
3. Antara ta’awudz
dan membaca fatihah.
4. Antara akhir
fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5. Antara ta’min
dan membaca surat (qur’an).
6. Antara membaca
surat dan ruku’.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah),
kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan
saktah dengan kadar membaca fatihah.